Syiar Islam dalam Kedaulatan Sriwijaya

RIDWAN SAIDI tetap menegaskan sejarah di Indonesia bukan diawali oleh masuknya agama Hindu dan Buddha melalui kerajaan Sriwijaya dan Tarumanegara. Ia merasa ajaran Islam sudah lebih dulu masuk ke Indonesia.

“Sejarah Indonesia enggak pernah diawali Hindu dan Buddha. Sriwijaya kerajaan pembawa Buddha, Tarumanegara Hindu itu teorinya Belanda, itu enggak benar. Sriwijaya itu enggak ada, yang ada kerajaan Islam Palembang abad ke-8 kemudian jadi kesultanan Islam Palembang, itu ada kenapa ditutupin,” katanya.

Perdebatan soal kapan pertama kali Islam masuk ke Nusantara belumlah khatam. Sebagian percaya Islamisasi dimulai abad ke-7. Lainnya tak yakin dan menilai Islam baru masuk ke Nusantara sekira akhir abad ke-12 M.

Arkeolog Uka Tjandrasasmita salah satu yang percaya Islam masuk sejak abad ke-7 M. Sedangkan abad ke-13 M adalah pertumbuhannya menjadi kerajaan bercorak Islam. Namun menurutnya hingga abad ke-13 M tahapan masuknya agama Islam masih terbatas di daerah Selat Malaka.

Sebenarnya ada isyarat kalau pada abad ke-7 sampai ke-8 M Islam sudah masuk Sumatra.

S.Q. Fatimi pada 1963 lewat jurnalnya berjudul “Two letters from the Maharaja to the Khalifah” dalam Islamic Studies menyebutkan raja Sriwijaya pernah mengirim surat kepada dua raja Arab: Khalifah Muawiyah ibn Abi Sufyan, pendiri Dinasti Umaiyah (661-680 M), dan Khalifah Umar ibn Abd al-Aziz (717-720 M). Kedua surat itu ditemukan sastrawan al-Jahiz di arsip Dinasti Umayyah. Isinya maharaja Sriwijaya meminta raja Arab mengirim guru untuk mengajar Islam di Sriwijaya. 

Menurut Ayzumardi Azra, surat tersebut diterima Khalifah Umar bin Abdul Aziz kisaran tahun 100 H (717M) dimana kemudian Khalifah Umar bin Abdul Aziz memberikan hadiah utusan kerajaan Sriwijaya dan kembali dengan membawa Zanji (budak wanita berkulit hitam), dan Raja Sri Indrawarman  diperkirakan masuk Islam pada tahun 718 M,

Sejak saat itu bangsa Arab mengenal kerajaannya dengan nama “Kerajaan Sribuza yang Islam”, sebagaimana pada tahun  42H (672 M) Raja Jay Sima juga telah memeluk Agama Islam, menurut MD Mansoer surat Raja Sriwijaya Sri Indrawarman kepada Khalifah Muawiyyah dan Khalifah Umar bin Abdul Aziz tersebut masih tersimpan dengan baik di Museum Madrid Spanyol.

Melihat dari literasi sejarah yang ada dapat dikatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara pada awal abad ke 13 sebagaimana para peneliti Barat nyatakan dapat dikatakan tidak benar, melainkan Islam telah datang ke Nusantara pada kisaran abad ke 6 M,

Berbagai teori masuknya Islam di Nusantara, telah dibahas oleh banyak ahli berdasarkan bukti sekaligus relasi antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Kesamaan mazhab, pemahaman keagamaan, serta cara-cara penyebaran paling banyak diperbincangakan. Dengan demikian, kesimpulan masuknya Islam di Nusantara, tampaknya disepakati oleh ahli sejarah, baik dalam maupun luar dengan “Teori Arab”.

Hal itu diperkuat dari temuan surat dalam kearsipan Dinasti Umayyah mengenai kerajaan Sriwijaya, akan tetapi temuan ini menjadi benang misteri dalam sejarah peradaban Nusantara, dimana selama ini pemerintahan lebih cendrung mengkaji dan menggali situs, artefak, dan kronik yang berkaitan dengan peninggalan agama Hindu-Buddha.

Sehingga catatan sejarah Islam menjadi pudar dimakan zaman, sebenarnya jika pemerintah memberikan ruang yang luas untuk mengkaji tentang sejarah Islam Nusantara itu dahulu dapat dimulai ketika ditemukannya catatan Sulaiman (851 M) dan juga catatan Abu Yazid Hasan (916 M).

Akan tetapi hal itu mulai dilirik serius oleh para peniliti setelah peresmian tugu titik Nol Islam Nusantara di Barus oleh Presiden Indonesia beberapa waktu lalu.

Bukti sejarah Islam masih tersimpan rapi di Museum Spanyol yang berisikan surat dari kerajaan Sriwijaya oleh Raja Sri Indrawarman (702-728 M) kepada Khalifah Muawiyyah bin Abu Sofyan (662-681 M) dan Khalifah Umar bin Abdul Aziz (720-722 M), tentunya hal ini menjadi titik terang dari semrawutnya masalah sejarah Nusantara,

Sriwijaya dan Islam wajib diteliti, di kaji, ditelusuri sehingga dapat menyingkap tabir yang selama ini tersembunyi atau disembunyikan, benang merah itu mulai dari Islam Sriwijaya. (*)

Tinggalkan Balasan